Nama : Yudha Afuwwu Mulyono
Kelas : 2DB04
NPM : 39113527
Konferensi Asia–Afrika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gedung Merdeka saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika
Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia
Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah
konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja
memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu
Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh
Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18
April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan
kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara
imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total
penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan
apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk
mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi
Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara
Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk
membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka
dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh
Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan
keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan
Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa
yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai
dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini
memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan
Non-Blok pada 1961.
23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
(Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama
antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri
Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma
(sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan
usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah
Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini
dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan
diundang.
18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di
Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan
diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa
persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.
KONFERENSI ASIA AFRIKA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP NEGARA - NEGARA EROPA
Konferensi Asia Afrika Berakhirnya Perang Dunia I
membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh
kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga ditandai dengan
munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan
senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja
sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain
terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan
politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan
solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar